Sponsor

Jumat, 21 Desember 2012

Pemerintah Kaji Jadikan Inalum BUMN Sendiri

Pabrik karbon Inalum, Asahan, Sumatra Utara.Indonesia adalah negara produsen bauksit terbesar keenam di dunia, namun pengolahan bahan baku utama bauksit menjadi alumina hingga kini belum ada di Indonesia


Pemerintah tengah menjajaki untuk menjadikan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru pasca berakhirnya kerja sama dengan Nippon Asahan Aluminium (NAA) pada 2013 mendatangh. Opsi lain adalah bergabung dengan BUMN lain.
"Ada beberapa opsi, bisa berdiri menjadi BUMN atau bergabung dengan BUMN yang sudah ada," kata Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana, di Jakarta, Jumat (21/12).
Menurut Agus, saat ini pemerintah masih mengkaji opsi-opsi tersebut. Namun dia mengisyaratkan jika Inalum akan dijadikan BUMN atau perusahaan sendiri, sehingga berdampak positif.
"Jika berdiri sendiri, Inalum bisa fokus mengembangkan bisnisnya dalam memproduksi 'aluminium ingot'. Berbeda jika menjadi anak usaha BUMN lain karena pengembangan bisnisnya harus disesuaikan," kata dia.
Meski demikian, kata dia, jika bergabung dengan BUMN lain tetap memberikan dampak positif. Jika bergabung dengan PT Aneka Tambang Tbk misalnya, lanjut Agus, maka Inalilm bisa bersinergi ke sektor hulu alumina. Apalagi, saat ini Aneka Tambang tengah mengembangkan pabrik pengolahan dan permurnian (smelter) bauksit menjadi alumina.
Alumina adalah komoditas hasil pengolahan dari bauksit sekaligus menjadi bahan baku industri aluminium hulu dengan produknya 'aluminium ingot'.
"Indonesia adalah negara produsen bauksit terbesar keenam di dunia, namun pengolahan bahan baku utama bauksit menjadi alumina hingga kini belum ada di Indonesia," ujarnya.
Agus menambahkan, bauksit justru diekspor ke berbagai negara dan Inalum masih mengimpor alumina dari Australia. "Dengan Aneka Tambang memproduksi alumina maka Inalum akan mudah mendapatkan bahan baku," katanya.
Pemerintah sebelummnya menyatakan sudah menyiapkan dana sebesar Rp7 triliun untuk mengambil alih Inalum pada tahun 2013 sesuai dengan kesepakatan dengan Jepang.
Hingga semester I-2012, Inalum mencatatkan penurunan laba bersih. Rata-rata laba Inalum per bulan pada paruh pertama 2012 hanya US$2 juta, terkoreksi tajam dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, US$10 juta per bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda jika berkenan. komentar Anda sebaiknya berhubungan dengan artikel yang dibahas, apapun komentar anda pahit, asam, asin, pedas apalagi kalau yang manis akan saya terima dengan lapang dada.

KALAU MENINGGALKAN KOMENTAR, HENDAKNYA MENINGGALKAN JEJAK ANDA

Jejaknya bisa URL web atau blog, ataukah alamat e-mailnya, sehingga jika ada pertanyaan bisa dibalas ke tempat yang jelas.

Sponsor

Pengikut