Sponsor

Jumat, 24 Februari 2012

Mari Mengenal Mangohal Holi

Salam Sitorus,

Bagi sebagian masyarakat Batak, prosesi adat Mangohal Holi (baca: Mangokkal Holi), merupakan salah satu rangkaian budaya yang diwariskan oleh leluhur.

Masyarakat Batak Toba percaya bahwa kematian bukan akhir perjalanan hidup seseorang. Namun, justru tahap mencapai kesempurnaan. Upacara pemindahan kerangka nenek moyang ke tempat pemakaman yang lebih megah ini, sebagai simbol keberhasilan keluarga. Makin megah dan mahal makam, makin tinggi status sosial keturunan tersebut.

Biasanya, pengambilan tulang jenasah dipimpin anak perempuan tertua. Kemudian, kerangka itu dibersihkan adik perempuan mendiang dengan air jeruk purut.

Berdasarkan keyakinan orang Batak, ketika kerangka mendiang disentuh cahaya mentari, pada saat itulah, hidup kembali di tengah-tengah keluarga. Lubang makam pertamanya pun segera ditutup dengan pohon pisang. Itulah masa terakhir mendiang berhubungan dengan dunia sebelum dikuburkan kembali di tempat termulia bagi jiwanya yang disebut tondi.

Upacara dilanjutkan dengan memohon petunjuk mengenai nasib keturunan mendiang. Sekelompok orang diutus untuk memasuki hutan. Mereka membwa sesaji berupa beras, sirih, dan uang dalam sampit daun pandan yang disebut sagu-sagu. Kelompok itu bertugas mencari Borotan atau penambat kerbau persembahan dari kayu sari marnaek yang berasal dari pohon lalas. Mereka juga harus menemukan sejumlah pohon lain yang dipercaya sebagai perlambang berkah dan rezeki.

Pohon lalas pun tiba. Kedatangan mereka disambut gembira karena dikabarkan arah tebangan pohon lalas menghadap ke timur. Itu pertanda baik bagi keturunan mendiang.

Ketika pagi menjelang, kerbau persembahan segera digiring ke Borotan. Langkah kaki dan tindak-tanduknya diamati dengan seksama. Bila kurban dapat digiring dengan mudah, semua menjadi lega. Sebab, itu berarti kehidupan keturunan mendiang akan lurus dan diberkahi rezeki yang cukup. Kerbau kurban menggunakan kaki kiri dalam langkah awal. Itu menunjukkan hidup garis keturunan perempuan akan lebih makmur.

Kini, tulang kerangka mendiang kembali dipersiapkan. Tulang mendiang yang telah meninggal 20 tahun silam ini dibungkus kain putih dan diletakkan di atas nampan. Nampan tadi dijunjung anak perempuan tertua untuk disemayamkan di peristirahatan terakhirnya.

Kemudian pewaris adat mendiang ditetapkan. Tongkat adat warisan keluarga turun temurun diserahkan pada cucu lelaki tertua dari anak lelaki mendiang. Inilah puncak perayaan Mangohal Holi. Hajatan diakhiri dengan menari tor tor penuh suka cita ke dalam rumah. Setiap orang menari tor tor dan saling menyentuh wajah menyatakan pengormatan, dan cinta kasih.

Keesokan harinya, kerbau di Borotan pun disembelih. Sebagian daging dibagikan pada para raja adat. Sisanya dimasak sebagai hidangan penutup pesta yang disebut Sipitu Dai. Sempurnalah sudah ekspresi kegembiraan keluarga. Pesta ini menyiratkan semangat bahwa kematian tidak harus selalu dihadapi dengan kemuraman.


Horas Mejuah-Juah,
jhonny sitorus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda jika berkenan. komentar Anda sebaiknya berhubungan dengan artikel yang dibahas, apapun komentar anda pahit, asam, asin, pedas apalagi kalau yang manis akan saya terima dengan lapang dada.

KALAU MENINGGALKAN KOMENTAR, HENDAKNYA MENINGGALKAN JEJAK ANDA

Jejaknya bisa URL web atau blog, ataukah alamat e-mailnya, sehingga jika ada pertanyaan bisa dibalas ke tempat yang jelas.

Sponsor

Pengikut